Ulang Tahun Gerakan Advokasi Transformasi Disabilitas untuk Inklusi

Jumat,14 Februari 2020 merupakan hari valentine (dalam bahasa inggris:  valentine’s day) atau disebut juga hari kasih sayang. Setiap tahun bertepatan dengan  tangal 14 Februari adalah sebuah hari di mana para kekasih dan mereka yang sedang jatuh cinta menyatakan cintanya. Dalam tradisi global, selain dikenal dengan hari kasih sayang tersebut, pada hari itu juga lahirlah satu organisasi penyandang disabilitas di Nusa Tenggara Timur yang kmai sebut Gerakan Advokasi Transformasi Disabilitas Untuk Inklusi (GARAMIN). Nama yang lucu dan unik karena ada kata “garam”, sehingga bagi yang belum mendengar dan mengenal, tentunya akan berpikir bahwa garam dapur yang dipakai untuk memasak. Tetapi Garamin yang dimaksud di sini adalah:

  • Tempat untuk belajar, berbagi, berdiskusi apa yang di inginkan dan  dibutuhkan oleh penyandang disabilitas.
  • Tempat untuk berjuang bersama-sama dengan Pemerintah, masyarakat dan khususnya “penyandang disabilitas” untuk pemenuhan hak dalam  berbagai bidang dan partisipasi aktif penyandang disabilitas di masyarakat,  tidak ada satu orangpun yang tertinggal atau prinsip “no one left behind”.

GARAMIN NTT dididirikan atas inisiatif 5 orang muda difabel fisik dan 1 orang muda non-disabilitas yang juga aktivis difabel: Yafas Aguson Lay (Amputasi Tangan kiri) Dinna Novista Noach (disabilitas mini) sebagai Staff Khusus Gubernur bidang disabilitas, Elmi Sumarni Ismau (Amputasi kedua kaki), Yani Nunuhitu (menggunakan kruk), Berti Soli Dima Malingara (non-difabel) dan juga Yunita baitanu (difabel fisik dan intelektual).

Sejak berdirinya GARAMIN, kami ber-enam lebih banyak belajar untuk saling mengenal sifat dan karakter satu sama lain, belajar untuk peningkatan kapasitas lebih khususnya di dalam lembaga (internal), belajar networking, bermitra dan bersahabat dengan Pemerintah Provinsi NTT, Kabupaten, Kota dan Desa-desa, LSM level Internasional, nasional dan lokal, gereja, universitas, Organisasi Difabel yang ada di NTT, dan Media.

Sejak berdirinya GARAMIN NTT, banyak orang yang mau belajar bersama-sama atau bertukar pengalaman dengan kami dan menjadi mitra, teman dan sahabat dari organisasi disabilitas ini.

Pada 14 Februari 2021 GARAMIN NTT genap 1 tahun. Jika dibandingkan dengan umur manusia maka GARAMIN masih usia bayi sama seperti seorang bayi yang baru belajar untuk merangkak atau belajar berjalan. Banyak orang yang sudah mengenal GARAMIN baik itu dikalangan Pemerintah Provinsi, Kabupaten, Kecamatan, Desa, LSM, Akademisi, Perguruan Tinggi, Media dan lain-lain.

Kegiatan Diskusi Kelompok Difabel di Oelomin

Sebagai salah satu pendiri, penulis secara pribadi sangat bersyukur hadir dan menjadi bagian dari GARAMIN, setelah lulus menjadi salah satu peserta Young Disability Advocates Training  2020 yang di selenggarakan oleh Australia Indonesia Disability

Reseach and Advocacy Network (AIDRAN) dan salah satu peserta dari Gerakan Pendidikan dan Advokasi Indonesia Inklusi  (Gradiasi Madya) 2020, serta dukungan dan dorongan dari teman-teman lain di GARAMIN, penulis mencoba belajar untuk menjadi seorang peneliti difabel muda sesuai dengan salah satu dari misinya GARAMIN.

GARAMIN dipercayakan oleh Pusat Rehabilitasi Yakkum untuk belajar melakukan penelitian dengan menggunakan Metode Participatory Action Reseach (PAR)/ Riset berbasis Aksi Partisipasi di Desa Oelomin, Kecamatan Nekamese, Kabupaten Kupang. Dari sana penulis mulai menerapkan apa yang dipelajari dari program Gradiasi Madya. Di Oelomin penulis banyak belajar teknik mengadvokasi isu difabel di level desa, belajar bersama dengan kelompok difabel, masyarakat desa dan beberapa stakeholder lain terkait dengan kebutuhan dan partisipasi aktif rekan difabel, mendorong pemerintah desa untuk melibatkan difabel dalam berbagai program dan kegiatan yang ada di desa.

Walaupun beberapa desa yang ada di Kabupaten Kupang sudah disebut sebagai desa Inklusi, tetapi yang membuat beda dari Oelomin adalah seorang perempuan difabel yang berasal dari desa yang belajar untuk menjadi peneliti. Belum banyak perempuan difabel muda di NTT yang menjadi peneliti. Penulis melalui GARAMIN ingin memberikan kontribusi kepada pemerintah melalui riset-riset kecil di desa.

Bidang penelitian sosial ini adalah hal baru dan tidak mudah bagi penulis, sebab mengorganisir penyandang disabilitas yang merupakan “kelas dua” dalam stratifikasi masyarakat, yang disebut “cacat” keluar dari zona nyaman, belajar percaya diri dan berpartisipasi dalam kegiatan publik untuk menyuarakan hak dan kebutuhannya bukanlah hal yang mudah. Apalagi penulis sebagai difabel muda yang baru belajar, jelas ini bukanlah hal yang mudah dilaksanakan secara sukarela dan tulus dari hati untuk membantu kelompok difabel di Oelomin.

Namun sebagian besar yang direncanakan dapat terlaksana berkat dukungan dari teman-teman di GARAMIN dan rekan-rekan difabel di Oelomin dan Pemerintah Desa yang proaktif. Hingga saat ini Desa Oelomin merupakan desa dampingan GARAMIN.

/Elmi Ismau, 2021/

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *