Sebelum tahun 2022, Desa Oben adalah potret desa yang biasa saja. Yabes Abjena, selaku Kepala Desa, dengan jujur mengakui, “Awalnya saya belum paham yang namanya difabel, jadi saya juga asal-asal saja dan iya-iya saja tapi saya juga tidak paham.” Data tentang difabel pun simpang siur dan tidak akurat. Warga difabel di desa hidup tanpa perhatian khusus, hak-hak mereka terabaikan dan potensi mereka tidak dapat tersalurkan.
Titik balik terjadi dengan hadirnya GARAMIN (Gerakan Advokasi Transformasi Disabilitas untuk Inklusi). Organisasi ini membuka mata Yabes terhadap realitas yang selama ini tersembunyi. Desa Oben memiliki total 29 anggota masyarakat difabel, diantaranya 15 laki-laki dan 14 perempuan, yang keberadaannya tidak tercatat dengan baik. GARAMIN menjadi motivator perubahan, memberikan pendampingan dan edukasi mengenai inklusivitas dan difabel, dan mengubah cara pandang Yabes dan masyarakat terhadap warga difabel. Perlahan-lahan, Yabes mulai menunjukan sikapnya sebagai pribadi dan pemangku kepentingan di desa yang lebih inklusi. Ia melihat langsung bagaimana pendampingan GARAMIN mampu membangkitkan semangat dan potensi warga difabel di desanya. Mereka tidak lagi “biasa-biasa saja”, tetapi berdaya dan berani mengekspresikan diri. Desa Oben pun menjadi desa inklusi pertama di Kecamatan Nekamese pada tahun 2022, sebuah pencapaian yang membanggakan.
“Kenapa sampai disebut desa inklusi, desa yang peduli dengan saudara-saudari kita, kita memperjuangkan hak mereka, mereka juga mempunyai hak untuk duduk di depan seperti kita,” tegas Yabes selaku kepala Desa.
Pemerintah Desa Oben tidak hanya berhenti pada kata-kata. Mereka melibatkan difabel dalam berbagai kegiatan, termasuk pelatihan public speaking agar mereka berani menyuarakan pendapat. Yabes bahkan dengan bangga menceritakan bagaimana warganya yang difabel bisa sampai ke Jawa, sebuah perjalanan yang dulu mungkin hanya mimpi belaka.
Elmi