Kusta merupakan[i] masalah yang masih kompleks karena dapat menimbulkan diskriminasi bagi penderitanya. Tingginya tingkat diskriminasi di masyarakat terhadap penderita kusta, seperti contoh pelayanan rawat inap luka dan rehabilitasi seperti amputasi yang seharusnya membutuhkan pelayanan paripurna yang cukup lama karena kondisi yang dialami, telah membuat orang yang penderita kusta dan orang yang sudah sembuh dari kusta sering mengalami dampak eksklusi secara sosial dan ekonomi, dan stigma negatif.
Kegiatan seminar dan lokakarya dengan tema “Jaminan Kesehatan bagi Pasien dan Orang yang Pernah Mengalami Kusta” dilaksanakan pada tanggal 18-19 Desember 2021 secara daring dan luring di Pusat Rehabilitasi Yakkum Yogyakarta yang di selenggarakan oleh Konsorsium Peduli Disabilitas dan Kusta (PELITA) dan di dukung oleh NLR Indonesia. Tujuan kegiatan ini ialah membangun jaringan yang kuat antar seluruh pemangku kepentingan lintas sektor dalam penanganan pasien kusta dan orang yang pernah mengalami kusta; juga, mengidentifikasi skema jaminan kesehatan secara tepat bagi pasien kusta dan orang yang pernah mengalami kusta. Hasil akhir dari kegiatan ini untuk menghasilkan rekomendasi dalam penanganan pasien kusta dan orang yang pernah mengalami kusta.
Dalam kegiatan tersebut ibu Dr. Rafida Trihartini, MKM perwakilan dari Kementerian Kesehatan RI, secara daring mengatakan bahwa berbicara Kesehatan bukan pada orangnya saja, tetapi orang dan akses layanan Kesehatan, Universal Health Coverage yakni sistem kesehatan yang memastikan bahwa semua orang dapat menggunakan layanan kesehatan promotif, kuratif, rehabilitatif dan paliatif yang berkualitas dan memastikan bahwa pemanfaatan layanan ini tidak menyebabkan pengguna menghadapi kesulitan finansial.
Begitu juga bapak Al Qadri dari Permata Indonesia mengatakan bahwa Indonesia termasuk urutan ketiga penderita kusta terbesar setelah India dan Brasil[i], dan yang menjadi masalah utamanya adalah masalah layanan kesehatan yaitu:
- Sistem rujukan yang rumit mempersulit orang yang pernah mengalami kusta
- Layanan puskesmas yang sering tidak sesuai
- Belum ada kepedulian dari pihak pemerintah dan Badan Penyelenggara Program Jaminan Kesehatan karena kusta dianggap penyakit menular.
Apabila masalah ini tidak segera ditangani maka akan menyebabkan semakin kuatnya stigma dan diskriminasi yang dapat berakibat pada tingginya risiko anak penderita kusta putus sekolah, kehilangan pekerjaan. Akibatnya secara global adalah tidak tercapainya tujuan SDGs atau tujuan pembangunan berkelanjutan.
Adapun bapak Sunarman Sukamto dari Kantor Staff Kepresidenan menyampaikan tanggapannya bahwa kita membutuhkan road map kusta di Indonesia. Penyusunan road map tersebut tentu dengan melibatkan organisasi penyandang disabilitas dan orang yang pernah mengalami kusta. Terkait mekanisme pembiayaan, ia mengatakan bahwa pelayanan pemeriksaan untuk eliminasi kusta ini menjadi penting dan perlu Kerjasama dari Pemerintah Pusat, Daerah, Organisasi Penyandang Disabilitas dengan orang yang pernah mengalami kusta.
Senada dengan itu, Bejo Riyanto selaku ketua konsorsium peduli Disabilitas dan Kusta Indonesia juga berharap dari perwakilan Organisasi disabilitas dan LSM yang diundang dapat menjadi bagian dari konsorsium PELITA Indonesia dan mampu berkontribusi dalam mengedukasi, mengkampayekan dan mengangkat isu kusta dari tingkat daerah sampai nasional, dengan melibatkan organisasi penyandang disabilitas untuk aktif, tentunya hal tersebut dapat dimulai dari diri sendiri, keluarga, komunitas dan masyarakat.
Hasil akhir dari kegiatan tersebut adalah penyusunan policy brief untuk diserahkan ke Kesekretariatan Presiden, tujuannya adalah untuk perbaikan layanan Kesehatan bagi orang yang mengalami kusta dan orang yang pernah mengalami kusta.
[i] kusta/kus·ta/ n penyakit menahun yang menyerang kulit dan saraf, yang secara
perlahan-lahan menyebabkan kerusakan pada anggota tubuh; lepra. https://kbbi.web.id/kusta.
[ii] Data
World Health Organization (WHO), mencatat prevalensi 0,2 per 10.000 penduduk,
dengan jumlah pasien baru 208.619 kasus terjadi sepanjang 2018. Selain itu,
hingga saat ini, masih ada tiga negara yang memiliki pekerjaan berat dalam
memerangi kusta, yakni India, Brazil, dan Indonesia.
Elmi Ismau