Perkenalan GARAMIN dengan Wakil Duta Besar Australia di Indonesia

Elmi Ismau, Wakil Direktur GARAMIN bersama Wakil Duta Besar Australia untuk Indonesia

Gerakan Advokasi Transformasi Disabilitas untuk Inklusi (GARAMIN) mendapatkan kesempatan istemewa bertemu dengan Wakil Duta Besar Australian untuk Indonesia, Steve Scott (30/11). Melalui pertemuan ini Kedutaan Australi hendak mengenal GARAMIN lebih jauh, terutama mengenai program-program yang telah diimplementasikan pada beberapa tahun belakangan.

Wakil Direktur GARAMIN, Elmi Ismau menjelaskan beberapa sedikit sejarah GARAMIN, milestone perkembangan dan berbagai kegiatan lembaga belakangan. Senada dengan Elmi, Koordinator Riset GARAMIN, Berti Malingara, yang merupakan alumni Australia Awards Scholarship (AAS) 2018 menjelaskan mengenai networking yang telah ia siapkan untuk GARAMIN selama menjadi awrdee AAS dan selama bekerja dalam beberapa program seperti FORMASI yang di dukung oleh Australia Indonesia Partnership for Justice (AIPJ).

Walaupun berlangsung singkat, kurang lebih 2 jam, pertemuan ini sangat bermanfaat bagi GARAMIN dalam mendorong isu advokasi dan perbaikan-perbaikan pada design program pembangunan bilateral ke depannya. Lewat pertemuan tersebut, Steve Scott berdialog dengan seluruh personil GARAMIN mengenai inklusi disabilitas dan kekerasan terhadap perempuan dan anak.

Menurut Steve salah tantangan utama dalam inklusi disabilitas adalah pada capacity building kelompok disabilitas. Bagaimana meningkatkan kemampuan rekan-rekan difabel yang berbagai jenis dalam pelaksanaan program pembangunan di Indonesia, khususnya di NTT sehingga mereka bisa berpartisipasi.

Tidak lupa, Steve  juga menjelaskan tentang isu-isu terkait Gender, Disability and Social Inclusion (GEDSI) yang harus diperhatikan pada tiap tahap perancangan hingga implementasi semua program pembangunan. Menanggapi hal ini Berti Malingara, Koordinator Riset  GARAMIN menegaskan bahwa demi mencapai tujuan pembangunan yang inklusif, penyandang disabilitas dari berbagai ragam disabilitas seperti fisik, mental, sensorik dan intelektual perlu dilibatkan menjadi subjek mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan monitoring evaluasi.

“Topik disabilitas dalam pembangunan sedang diperjuangkan hingga saat ini. Orang dengan disabilitas masih dianggap sebagai orang bodoh dan rusak di kalangan mansyarakat. Kabupaten TTS sudah punya Perda No.5 Tahun 2020 tentang Penghormatan, Perlindungan dan Pemenuhan Hak Penyandang Disabilitas, tetapi kita masih menunggu Perbup untuk pelaksanaannya”, jelas Imanuel Nuban dari Komite Penyandang Disabilitas (KIPDA) TTS.

Mengenai isu kekerasan terhadap perempuan dan anak, ketiga aktivis perempuan yang hadir dalam pertemuan itu, Ibu Yuliana Ndolu, Ibu  Tory Ata dan Ibu Ester Mantaon menjelaskan situasi kekerasan terhadap perempuan di Nusa Tenggara Timur. Sebelumnya, para penasihat GARAMIN ini juga pernah terlibat dengan program pembangunan seperti Australian NGO Cooperation Program (ANCP).

Pertemuan di Hotel Aston ini merupakan salah satu langkah besar GARAMIN dalam advokasi inklusi di Indonesia, khusnya di Nusa Tenggara Timur.

Rekan-rekan GARAMIN  berfoto bersama Wadubes Australi dan Staf

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *