Satu lagi kegiatan GARAMIN bersama International Organisation for Migration (IOM) telah terlaksana dengan baik. Pelatihan jurnalisme warga secara online yang berlangsung selama kurang lebih 1 bulan (15/10 – 28/11) akhirnya usai dengan terpilihnya beberapa peserta dengan karya tulisan terbaik. Pelatihan Jurnalisme Warga secara daring ini mengambil tema kohesi sosial, inklusi, kerja perdamaian dan ketangguhan.
Melalui kegiatan pelatihan jurnalisme warga secara daring, peserta dilatih untuk memanfaatkan ruang dan kesempatan yang tersedia melalui berbagai macam media, khususnya media online untuk mengekspresikan diri lewat karya tulis dan foto. Tulisan-tulisan para peserta mampu menyediakan sudut pandang yang baru dalam melihat isu-isu terkait migran dan disabilitas, khususnya di NTT, yang merupakan salah satu alasan mengapa jurnalisme warga menjadi penting.
Para peserta pelatihan jurnalisme warga dibimbing oleh 2 mentor handal, yaitu kak Robandi dan kak Nursyarif. Sepak terjang keduanya dalam dunia tulis menulis sudah teruji. Robandi merupakan seorang kontributor pada solider.id, sebuah media pusat informasi data difabel, dan merupakan salah satu anggota Aliansi Jurnalis Indonesia (AJI). Ada pula, Nursyarif yang merupakan seorang difabel yang terpelajar. Syarif sapaan akrabnya, menyelasaikan program fellowship dari pemerintah New Zealand selama 6 bulan di Auckland University Of Tecnology. Saat ini ia adalah manager produksi pengetahuan di Yayasan PerDIK dan kontributor pada media online solider.id.
Sejak pendaftaran pada minggu pertama awal bulan November sudah ada ratusan peserta yang mendaftar. Lantaran keterbatasan trainer maka peserta yang diakomodir dalam pelatihan jurnalisme warga tahap I ini berjumlah 60 peserta yang 22% pesertanya adalah teman-teman difabel dengan berbagai beragam. Selain itu, 45% peserta adalah imigran yang berasal dari Afganistan dan Pakistan. Dengan latar belakang yang beragam tersebut maka kegiatan ini dijalankan dengan menggunakan 3 bahasa, yakni inggris, indonesia dan bahasa isyarat.
Dengan pelatihan jurnalisme warga, mudah-mudahan semakin banyak orang yang sadar mengenai pentingnya inklusi disabilitas dan isu migran di sekitar NTT. Sehingga pada akhirnya NTT yang inklusi bisa terwujud.